Jumat, 25 November 2011

Saya "Menulis" Lagi

Saya dan Membaca

Saya sudah lupa seperti apa detailnya saat pertama kali belajar membaca dulu. Mulai usia berapa saya diajari membaca dan dengan metode apa saya belajar membaca, saya sudah lupa. Yang masih saya ingat, saya sudah lancar membaca saat duduk di TK B tahun pertama (saya TK tiga tahun karena masih terlalu muda untuk masuk SD). Saya ingat saat itu saya sudah membaca Majalah Bobo sendiri dan tidak perlu menunggu sampai ibu saya pulang dari mengajar atau orang yang mengasuh saya, kepada siapa saya dititipkan saat itu, untuk membacakan majalah tersebut pada saya. Saya ingat saat itu saya sering diminta sepupu saya untuk membacakan untuknya karena dia sendiri belum lancar membaca. Ibu sayalah yang mendukung penuh hobi membaca saya itu, menurut beliau, jika seorang anak suka membaca selain wawasannya luas, dia juga akan lebih mudah untuk disuruh belajar jika dia pada dasarnya suka membaca. Maka ibu mendukung hobi saya dengan rutin membelikan majalah anak-anak.

Saya dan Menulis

Saya belajar menulis bersamaan dengan saya belajar membaca, ya iya lah. Masih ingat kok dulu sering rebutan buku sama ibu dan bagaimana hebohnya ibu menyimpan buku-buku bahan mengajarnya agar tidak jadi korban corat-coret saya. Kalau benar-benar menulis, atau membuat tulisan, pertama kali saya lakukan di SD, kelas 1, dengan sebuah diary alias catatan harian. Saya menulis tentang apa saja saat itu, yang saya rasakan dan yang saya alami, saat itu semua terasa mudah saja, mengalir begitu saja. Lalu ditambah dengan hobi surat-suratan dengan Nila, sepupu saya yang tinggal di lain kota. Semua hanya berawal dari hobi dan buat saya menulis itu sangat menyenangkan sekaligus menenangkan.

Saya ingat sewaktu SMP suka sekali membuat tulisan yang menceritakan kembali buku, film atau sinetron yang saya baca atau lihat, tapi ceritanya saya modifikasi sesuai keinginan saya. Dan saya bersama teman saya Agnes (Kawan, dimana kau sekarang?), bahkan pernah punya buku cerita berdua, alias sebuah buku yang berisi tulisan tangan kami berdua. Waktu itu rasanya menyenangkan sekali bisa berbagi cerita dan sudut pandang, mengkhayalkan apa saja yang akan dialami oleh tokoh khayalan kami itu. Sayangnya cerita itu tidak pernah selesai, kami segera ditelan kesibukan masing-masing yang bersiap untuk ujian nasional (waktu itu namanya Ebtanas) untuk masuk SMA.

SMA, saya ingat saya suka sekali mengarang cerita dengan tokoh yang saya ambil dari sahabat-sahabat saya. Pada dasarnya, karakter tokoh itu adalah nyata, tapi apa yang mereka alami dalam cerita saya itulah yang tidak nyata. Saya sampai punya beberapa buku tentang kisah-kisah itu, yang saya tulis tangan di buku tulis biasa. Sayang sekali buku-buku itu entah sekarang dimana, mungkin ikut diloakkan bersama buku-buku lain saat saya mulai kuliah? Sekarang saat keinginan untuk menjadi penulis kembali berkobar dalam diri saya, agak menyesal juga mengapa hasil karya saya itu tidak saya simpan dengan rapi. Tulisan-tulisan itu mungkin bisa jadi modal awal saya untuk jadi penulis beneran.

Kuliah, saya mengambil jurusan Hukum, simple, karena saya yang lemah dalam hitungan sudah bertekad bulat nggak mau kuliah di jurusan yang ada hitung-hitungannya. Saya mengambil jurusan Hukum karena saat SMA saya suka sekali ilmu sosial yang berhubungan dengan politik, sistem kenegaraan dan peraturan. Saya masuk FH Unibraw di Malang tahun 2003, dan satu hal yang langsung membuat saya jatuh cinta setengah mati pada kampus saya adalah begitu banyaknya buku, artikel, jurnal, majalah dan berbagai macam jenis tulisan yang tersedia di Perpustakaan Fakultas, Universitas dan Perpustakaan Umum Kota Malang. Maklum, orang udik ini berasal dari Jombang, dan waktu itu (bahkan sampai sekarang!!) di Jombang belum ada perpustakaan selengkap itu, toko buku yang lengkap sekelas Gramedia dan Toga Mas juga belum ada. Masa kuliah di Malang ini sangat menyenangkan untuk saya. Hobi saya membaca semakin menjadi-jadi karena didukung oleh fasilitas dan sarana yang memadai. Saya pun betah berlama-lama di perpustakaan, bahkan pernah di”usir” dari perpus kota karena mau perpus tutup dan saya masih betah disana.

Di bangku kuliah, kemampuan menulis terasah. Kalau awalnya saya cuma menulis cerita yang asal aja, waktu kuliah saya mulai bisa menulis dalam bentuk artikel, jurnal ilmiah dan makalah untuk tugas – tugas kuliah. Tapi saking banyaknya tugas, saya jadi berhenti menulis cerita fiksi, karena saya lebih asyik menulis artikel-artikel yang menyoroti masalah Hukum yang kemudian saya serahkan ke dosen.

Saya Berhenti Menulis

Setamat kuliah, orang tua saya meminta saya pulang ke Jombang. Alasannya klise, mereka tidak punya biaya jika saya tetap kost dan tinggal di Malang. Dan mereka sama sekali tidak mengijinkan saya bekerja serabutan di Malang untuk membiayai hidup, rencana awal yang akan saya lakukan sebelum saya mendapat pekerjaan yang layak dan sesuai dengan strata pendidikan saya.

Kembali ke Jombang membuat saya jauh dari fasilitas publik yang mendukung hobi saya membaca dan menulis. Waktu itu, tahun 2007, di Jombang cuma ada satu buah perpustakaan umum, dan itu pun tidak selengkap yang ada di Malang. Tempat persewaan novel? Sedikit sekali dan novelnya cuma itu-itu saja. Toko buku, ada satu yang lengkap tapi harga bukunya sangat tidak terjangkau oleh kantong saya yang pengangguran saat itu. Ya saya masih tetap menulis, lamaran pekerjaan (secara pengangguran gitu), tapi saya jadi kehabisan ide dan buntu oleh kebosanan karena aktifitas di rumah yang melulu itu-itu saja.

September 2007, saya diterima bekerja. Mulailah kesibukan baru saya, bekerja di kantor. Dari Senin sampai Jum’at, bahkan terkadang Sabtu dan Minggu kalau harus lembur, dari jam setengah delapan pagi sampai jam setengah lima sore. Sering kali saya sampai di rumah sudah dalam keadaan lelah, dan langsung tidur. Kegiatan menulis catatan harian yang biasanya saya lakukan, juga ikutan berhenti karena saya sudah terlalu ngantuk untuk membuka komputer lagi, apalagi komputer saya ditempatkan di kamar orang tua. Dengan resmi saya berhenti menulis.

Selama Saya Berhenti Menulis

Pekerjaan saya di kantor sama sekali nggak nyambung dengan kuliah saya di Jurusan Hukum. Saya bekerja di bagian Quality, satu-satunya materi kuliah yang masih ada hubungannya dengan pekerjaan saya sekarang cuma perlindungan konsumen. Soalnya bagian quality inilah yang harus memastikan barang yang diproduksi itu kualitasnya benar-benar baik sehingga aman untuk dipakai oleh konsumen. Setiap hari yang saya lakukan adalah membuat list gambar berdasarkan jadwal produksi, membuat perencanaan inspeksi barang, dan menerjemahkan dokumen-dokumen yang berbahasa Inggris. Setiap hari melakukan hal yang sama, duduk manis di depan komputer dari jam setengah delapan pagi sampai setengah lima sore.

Jenuh, iya. Kadang perasaan jenuh itu datang juga melanda. Saat saya jenuh, saya selalu berusaha untuk membaca, apa saja. Peraturan-peraturan tentang keamanan mainan, buku panduan atau apa saja. Salah seorang teman kantor berbaik hati menginstalkan software Microsoft Encarta ke pc saya. Jadi, saat saya bosan, saya bisa mencari hal – hal untuk dibaca disana. Kadang, saat saya harus mengirimkan data ke kantor pusat, saya juga “nyambi” googling di internet, hunting ebook, mengumpulkan berbagai resep masakan, artikel dan menyimpan beberapa halaman blog yang tulisannya menarik menurut saya. Saya sering “mencuri” kesempatan untuk membaca atikel, ebook dan blog yang sudah saya kumpulkan itu saat rasa jenuh melanda, setelah seharian gak ngapa-ngapain sama sekali karena semua sudah selesai saya kerjakan di hari sebelumnya. Cara ini lumayan ampuh untuk membunuh rasa bosan saya dan …. mengisi amunisi di otak saya. Menjaga agar otak saya tetap fresh. Tetap terisi dengan wawasan-wawasan bermanfaat yang tidak semua orang memilikinya.

Banyak membaca, membuat saya kepingin menulis. Karena saya tidak selalu setuju dengan pendapat yang ditulis orang dalam artikel atau blognya. Kadang saat saya membaca sebuah novel, dan saya tidak suka dengan jalan ceritanya, timbul keinginan untuk merubah sendiri jalan ceritanya sesuai keinginan saya. Sama seperti saat saya kecil dulu. Saya bersyukur selama berhenti menulis saya tidak berhenti untuk membaca, dengan demikian ternyata saya tetap bisa menulis. Setidaknya otak saya masih tetap terisi amunisi untuk menulis apapun yang saya mau.

MULAI MENULIS LAGI

Berhubungan dengan klien dan kantor pusat membuat saya akrab dengan internet. Akrab dengan yang namanya “blog” atau catatan harian di Internet. Kebanyakan membaca blog, membuat saya pengen ngeblog juga. Membuat catatan harian untuk konsumsi publik di internet dan share bersama blogger-blogger lainnya. Blog haruslah berisi catatan-catatan kita si pemilik blog, boleh tentang apa saja. Dan blog tidak bisa dibiarkan kosong dong. Harus ada isinya. Ya catatan-catatan itu. Ya tulisan- tulisan itu. Dan karena saya sudah mempunyai blog sendiri, maka mulailah saya menulis lagi.

Saya memang belum bisa teratur menulis. Tulisan saya pun masih banyak yang ala kadarnya. Di awal pembuatan blog, saya malah cuma mengisinya dengan resep-resep masakan yang sudah saya uji coba beserta foto-fotonya. Tapi saya berharap, lambat laun blog saya akan berisi tulisan-tulisan saya yang lebih “berisi”. Saya belum punya sambungan internet pribadi di rumah, dan ya saya memang punya modem, tapi itu dulu, sekarang modem itu sudah berpindah tangan ke adik saya karena sinyal provider di kontrakan saya yang lemotnya minta ampun. Ketiadaan sarana ini membuat saya harus ke Warnet jika saya pengen ngeblog. Ngeblog di kantor, atut, bisa runyam klo ketahuan make internet tuk kepentingan pribadi.

Meskipun demikian saya bersyukur sudah punya blog, dan semangat menulis saya yang kembali lagi. Seperti saat ini saya sedang mencoba untuk menuliskan riwayat kepenulisan saya he he he. Nggak banget. Bukan tidak mungkin, dan siapa tahu, suatu hari nanti saya bisa terus menulis dan serius untuk menulis, dan menjadi seorang penulis. Karena sama seperti kecintaan saya untuk membaca. Saya pun cinta menulis. Saya ingin bisa terus untuk menulis, apapun, yang ada di otak saya. Tetap menulis dan berbagi hal-hal yang saya tuliskan. Semangat …. Tuk mulai menulis lagi …. Bismillah.